Makassar (STMIK AKBA) – Wisuda adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu dan diharapkan. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AKBA (STMIK AKBA) menyelenggarakan prosesi wisuda bagi lulusan Sarjana ke-23 yaitu Rabu, 24 November 2021. Wisuda kali ini dilaksanan secara luring di Hotel Claro, Makassar dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Ketua STMIK AKBA, Dr. Askar Taliang, M.Si., dalam pidato pembukaan prosesi wisuda di Hotel Claro menyampaikan bahwa tema wisuda kali ini adalah Disrupsi Teknologi sebagai Tantangan Lulusan PT menuju Era Society 5.0 merupakan era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran secara fundamental karena lahirnya teknologi digital sehingga mengubah sistem yang terjadi global khususnya di Indonesia yang akan disampaikan dalam orasi ilmiah oleh Prof. Dr. Ir. R. Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA. Untuk proses pelaksanaan akademik di STMIK AKBA masih dalam suasana pandemi dan dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring). Aktivitas di kampus tetap menjaga prokes ketat. Prestasi yang diraih STMIK AKBA, peringkat ke-35 terbaik clusterisasi PTS wilayah IX sulawesi, peringkat 1, peringkat 8 untuk PTN/PTS di wilayah Sulawesi Selatan berdasarkan perangkingan perguruan tinggi dari webometrics. Prestasi selanjutnya adalah mendapatkan penelitian dosen dan hibah kreativitas mahasiswa dari dikti. Dua tahun berturut-turut masuk nominasi pelaporan terbaik PD-DIKTI LLDIKTI Wilayah IX karena didukung oleh Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) yang merupakan karya dari dosen STMIK AKBA. Adapun wisudawan terdiri dari Sistem Informasi sebanyak 69 dan Teknik Informatika sebanyak 90 wisudawan. Adapun pencapaian IPK rata-rata dalah sebesar 3.62. Ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Pelaksanaan Wisuda STMIK AKBA merupakan rutinitas dari kalender akademik dan tidak lepas dari dukungan teman-teman panitia, Yayasan Pendidikan Kartini, dan Bapak/Ibu beserta staf dalam memberikan pelayanan bagi mahasiswa mulai dari awal masuk kuliah sampai dinyatakan lulus.
Dalam kesempatan tersebut, disampaikan pula pidato oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IX, Prof. Dr. Jasruddin, M.Si.. dalam sambutannya bahwa pahlawan pendidikan kita di Indonesia masih dipegang atau ditangan orang tua. Pemerintah berupaya meningkatkan untuk pembiayaan pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, tetapi karena keterbatasan, maka orang tualah yang berkontribusi dalam pelaksanaan pendidikan di negeri ini. Untuk itu penghargaan yang setinggi-tingginya untuk seluruh orang tua wisudawan yang membiayai dan mendorong putra/putrinya. Mudah-mudahan putra/putrinya semoga bernilai ibadah dan menjadi amal jariyah. STMIK AKBA adalah salah perguruan tinggi terbaik karena era revolusi 4.0 di mana cirinya adalah perubahan, di mana perubahan itu sangat cepat sehingga muncul buta huruf yang baru. Buta huruf di Era Revolusi 4.0 adalah jika tidak menguasai teknologi, bahasa, dan entrepreneurship. Lulusan STMIK AKBA tidak ada masalah dalam teknologi karena mereka menguasai teknologi terkini yang ada hari ini karena dosen-dosennya telah mengajarkan hal tersebut. Buta huruf yang kedua, adalah bahasa. STMIK AKBA sudah mendorong mahasiswanya untuk menguasai minimal 2 (dua) bahasa asing karena hari ini, dunia ini sudah tidak ada batasnya sehingga istilah dahulu bahwa dunia ini tidak selebar daun kelor, tetapi karena Era Revolusi 4.0, maka dunia sekarang sudah selebar daun kelor. Kenapa? Karena dunia ini dihubungkan dengan teknologi. Itu artinya komunikasi antarnegara, benua tidak lagi terbatas, maka untuk bisa menjadi sukses di era saat ini, maka kuasailah bahasa. Buta huruf yang ketiga adalah ketika dia tidak mampu menjual kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, tidak memiliki jiwa entrepreneurship, tidak memiliki jiwa sebagai pengusaha. Hari ini tidak boleh lagi alumni menggantungkan dirinya untuk mencari tempat kerja, jangan bangga kalau lulus Pegawai Negeri Sipil. PNS itu lambat kayanya berbeda dengan pengusaha. Jadi sebagai wisudawan dibidang teknologi, kita tidak boleh buta huruf dari teknologi, bahasa, dan entrepreneurship.